Mungkin semua orang pernah naik alat transportasi yang namanya kereta, tapi ngga semua tau tentang latar belakang atau sejarah perkereta apian di Indonesia.. Biar tau langsung aja baca Artikel di bawah ini
Latar belakang
Kereta api pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 di Semarang dengan rute
Semarang - Tanggung yang berjarak 26 km oleh NV. NISM (Nederlands Indische
Spoor Maatschapij) dengan lebar jalur 1435 mm (lebar jalur SS - Staats Spoor
adalah 1040 mm atau yang sekarang dipakai), atas permintaan Raja Willem I untuk
keperluan militer di Semarang
maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Kemudian dalam melayani kebutuhan akan
pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah Kolonial Belanda sejak
tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api, dengan muara pada
pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Semarang
meskipun strategis, tetapi tidak ada pelabuhannya untuk barang, sehingga barang
di kirim ke Batavia
atau Soerabaja.
Gambaran keadaan kereta api di Indonesia pada masa djaman
doeloe perlu dilestarikan, sehingga generasi mendatang bisa menghayati dan
betapa pentingnya pembangunan kereta api. Memang pada masa itu nama kereta
api sudah tepat, karena kereta dijalankan dengan api dari pembakaran
batu bara atau kayu. Sedangkan sekarang sudah memakai diesel atau listrik,
sehingg lebih tapat kalau disebut kereta rel, artinya kereta yang
berjalan di atas rel dengan diesel ataupun listrik. i
Informasi tahun 1875 - 1925 mungkin sudah susah dijumpai di perpustakaan,
oleh sebab itu uraian ini sangat tepat dan perlu diinformasikan kepada generasi
muda.
stasiun kereta api semarang
Jaringan rel
Pengembangan jaringan rel kereta api 1875 - 1925 dalam 4 tahap, yaitu:
- 1875 - 1888,
- 1889 - 1899,
- 1900 - 1913
- 1914 - 1925.
Jaringan setelah tahun 1875 hingga tahun 1888
Pembangunan Tahap I terjadi tahun 1876-1888. Awal pembangunan rel adalah
1876, berupa jaringan pertama di Hindia Belanda, antara Tanggung dan Gudang di
Semarang pada tahun 1876, sepanjang 26 km. Setelah itu mulai dibangun lintas
Semarang - Gudang. Pada tahun 1880 dibangun lintas Batavia (Jakarta) -
Buitenzorg (Bogor) sepanjang 59 km, kemudian dilanjutkan ke Cicalengka melalui
Cicurug - Sukabumi - Cibeber - Cianjur - Bandung.
Pada tahun 1877 dibangun lintas Kediri - Blitar, dan digabungkan dengan
lintas Surabaya - Cilacap lewat Kertosono - Madiun - Solo, dan juga lintas
Jogya - Magelang.
Hingga tahun 1888 jaringan rel terbangun adalah:
- Batavia - Buittenzorg - Sukabumi - Bandung - Cicalengka
- Batavia - Tanjung Priok dan Batavia - Bekasi
- Cilacap - Kutoarjo - Yogya - Solo - Madiun - Sidoarjo - Surabaya
- Kertosono - Kediri - Blitar
- Sidoarjo - Malang dan Bangil - Pasuruan - Probolinggo
- Solo - Purwodadi - Semarang dan Semarang - Rembang
- Tegal - Balapulang
Jaringan setelah tahun 1889 hingga tahun 1899
Hingga tahun 1899 jaringan rel terbangun adalah:
- Djogdja - Tjilatjap
- Soerabaja - Pasoeroean - Malang
- Madioen - Solo
- Sidoardjo - Modjokerto
- Modjokerto - Kertosono
- Kertosono - Blitar
- Kertosono - Madioen - Solo
- Buitenzorg (Bogor) - Tjitjilengka
- Batavia - Rangkasbitung
- Bekasi - Krawang
- Cicalengka - Cibatu (Garut) - Tasikmalaya - Maos - Banjarnegara
- Cirebon - Semarang dan Semarang - Blora
- Yogya - Magelang
- Blitar - Malang dan Krian - Surabaya
- Sebagian jalur Madura
Jaringan setelah tahun 1899 hingga tahun 1913
Hingga tahun 1913 jaringan rel terbangun adalah:
- Rangkasbitung - Labuan dan Rangkasbitung - Anyer
- Krawang - Cirebon dan Cikampek - Bandung
- Pasuruan - Banyuwangi
- Seluruh jaringan Madura
- Blora - Bojonegoro - Surabaya
Jaringan setelah tahun 1813 hingga tahun 1925
Stasiun Bogor Tempo Dulu
Hingga tahun 1925 jaringan rel terbangun adalah:
- Sisa jalur Pulau Jawa
- Elektrifikasi Jatinegara - Tanjung Priok
- Elektrifikasi Batavia - Bogor:
- Sumatera Selatan: Panjang - Palembang dan
- Sumatera Barat: sekitar Sawahlunto dan Padang
- Sumatera Utara: Tanjung Balai - Medan - Pematangsiantar; dan Medan - Belawan - Pangkalansusu.
- Sulawesi: Makasar - Takalar dan rencana Makasar - Maros - Sinkang
- Sulawesi Utara: rencana Manado - Amurang
- Kalimantan: rencana Banjarmasin - Amuntai; dan rencana Pontianak - Sambas.
Untuk Kalimantan dan Sulawesi tidak
terlaksana karena baru akan dimulai dibangun tahun 1941 dan Perang Dunia II
meletus.
Masa Pembangunan Stasiun
Berikut daftar stasiun besar:
- Stasiun Karanganyar - 1875
- Stasiun Jakarta Kota - diresmikan 1929
- Stasiun Tanjung Priok - 1914
- Stasiun Gambir (dulu Weltevreden) - 1914
- Stasiun Jatinegara (dulu Meester Cornelis)
- Stasiun Manggarai - 1969
- Stasiun Pasar Senen - 1916
- Stasiun Cikampek - 1894
- Stasiun Bogor - 1880
- Stasiun Bandung - 1887
- Stasiun Yogyakarta - 1887
- Stasiun Solo Balapan - 1876
- Stasiun Semarang Tawang - 1873
- Stasiun Cirebon - 1920
- Stasiun Madiun - 1897
- Stasiun Purwokerto - 1922
- Stasiun Malang - 1941
- Stasiun Surabaya Kota - 1878 dan renovasi 1911
- Stasiun Surabaya Gubeng - 1913
- Stasiun Pasar Turi - 1938
Jaringan kereta listrik Batavia - Buitenzorg 1918
Jaringan kereta listrik pada Stasiun Meester Cornelis
(Jatinegara)
Stasiun Bogor (Buitenzorg) dibangun tahun 1880 pada waktu membuat lintas
Buitenzorg - Soekaboemi - Tjiandjoer - Tjitjalengka. Namun jaringan kereta
listrik hanya ada di Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor) yang dibangun
tahun 1918, kemudian tahun 1925 jaringan listrik juga dibuat ke Meester
Cornelis (Jatinegara) ke Tandjoeng Priok.
Gambar sketsa lokomotif dan kereta
Bagian dari Lokomotif Uap
Istilah mengenai lokomotif uap perlu dijelaskan, agar pembaca dapat
mengikuti uraian selanjutnya. Seperti diketahui bahwa bagian-bagian penting
dari lokomotif uap adalah:
- tungku pembakaran batu bara atau kayu
- ketel uap air
- tender atau tempat batu bara dan air
- roda penggerak
- piston uap air penggerak roda
- ruang masinis
- tender gandengan untuk batu bara dan air
- roda penggerak
- roda penunjang
- cerobong
- dan lain-lain
Istilah tender dan gandengan tender
Istilah tender untuk lokomotif adalah tempat perbekalan untuk
menyalakan lokomotif berupa tempat batu bara atau kayu bakar dan tandon air.
Pada umumnya lokomotif kecil dan buatan sebelum tahun 1900 adalah lokomotif
tender, sedangkan setelah tahun 1900 dan besar umumnya dengan gandengan tender.
Lokomotif uap mallet, garratt, dan meyer
Lokomotif Uap Terbesar Tipe Mallet DD-52 di Cibatu, Jawa
Barat (1916)
Sekitar akhir Abad XIX, lokomotif uap mencapai puncaknya dengan berbagai
jenis artikulasi roda penggerak, yaitu dengan sebutan mallet, garratt', dan meyer.
- Jenis Lokomotif Mallet, kalau artikulasi roda penggerak berada di bawah tungku, dan roda penggerak depan mendapat tekanan uap yang tinggi, kemudian disalurkan ke roda penggerak yang di belakangnya, dan juga roda penggerak depan dapat berbelok arah sesuai dengan kurva belokan rel. Penemu sistem ini adalah insinyur Swiss bernama Anatole Mallet pada tahun 18 . Sistem ini banyak dipakai di Eropa, Amerika, dan juga Hindia Belanda.
Lokomotif Uap Tipe Garratt di Simbabwe, Afrika
- Lokomotif uap jenis Garratt , kalau artikulasi roda penggerak berada di bawah tender depan dan tender belakang. Penenmu sistem ini adalah insinyur Inggris bernama Garratt pada tahun 18 . Sistem ini banyak dipakai di Afrika (Simbabwe, Kenya, Algeria), Asia (Burma, India, Iran, Turkey, Australia New Zealand, Queensland, Tasmania), Eropa (Netherlands, Spain, Inggris, USSR, Amerika Selatan (Argentina, Brazil).
Lokomotif Uap Tipe Meyer buatan pabrik Heisler di Eropa
- Lokomotif uap jenis Meyer, kalau artikulasi roda penggerak berada di bawah tungku, serta roda penggerak depan dan belakang mendapat tekanan uap yang sama. Penemu sistem ini adalah insinyur Perancis bernama Jean-Jacques Meyer pada tahun 1868. Varian lain adalah Kitson-Meyer. Sistem ini banyak dipakai di Eropa, Amerika, dan juga Hindia Belanda.
Kode Konfigurasi roda penggerak A, B, C, D, dan AA, BB, CC, DD
Kereta uap biasanya terdiri atas roda penggerak dan roda penunjang. Kalau
jumlah roda pengerak sebanyak Satu Pasang dengan kode A, kalau
roda penggerak ada Dua Pasang dengan kode B, kalau terdapat roda
penggerak Tiga Pasang dengan kode C, dan yang Empat Pasang
dengan kode D.
Pada tipe Malet, Garratt dan Meyer, yaitu roda
penggerak tandem (dua as) dengan kode AA, BB, CC, dan DD.
Jumlah roda penunjang biasanya diberi kode angka: di depan, di tengah, atau
di belakang. Misalnya: 1 - CC - 2, artinya: di depan terdapat 1 pasang roda
penunjang, 3 pasang tandem roda penggerak, dan di belankang terdapat 2 pasang
roda penunjang. Kode di atas seperti 1 - CC - 2 dapat juga ditulis: 2
- 6 - 6 - 4.
Jadi Lokomotif Big Boy adalah 4 - 8 - 8 - 4 artinya: 2 pasang
roda penunjang di depan, 4 pasang roda penggerak tandem, dan 2 pasang roda
penunjang di belakang. Roda penunjang di bawah tender tidak dicantuman. CATATAN:
roda penunjang untuk gandengan tender tidak dimasukkan dalam kode konfigurasi
Berbagai Lokomotif Uap di Indonesia
Di Indonesia pernah ada lokomotif uap dari berbagai jenis, antara lain:
Jenis kereta 1876-1925
Kereta adalah sarana untuk mengangkut penumpang, sedangkan untuk mengangkut
barang disebut gerobak sedangkan untuk mangangkut barang cair disebut ketel.
Sejak dahulu, kereta dibuat secara lokal, dengan casis dan rangka baja
sedangkan bodi dibuat dari kayu. Pada waktu itu belum ada pendingin udara,
sehingga kelas kereta dibedakan jenis kursi dan jumlah kursi per kereta. Kelas
1 terdapat 3 tempat duduk per baris, kelas 2 terdapat 4 tempat duduk per baris
dan kelas 3 terdapat 5 tempat duduk per baris. Sehingga tiap kereta kelas 3
terdapat 60 - 72 tempat duduk, sedangkan tiap kereta kelas 2 terdapat 24 - 32
tempat duduk dan kelas 1 terdapat 12 tempat duduk. Biasanya kelas 1 dan kelas 2
menjadi satu, sedangkan kelas 3 tersendiri. Namun kelas 1, kelas 2 dan kelas 3
dirangkai dalam satu rangkaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar